sebuah langkah awal menuju desa wisata yang menawarkan paduan keindahan dan pendidikan memberikan pengalaman yang tak bisa dilupakan

Perikanan

Rasanya tak lengkap jika ada waduk tanpa ikan. Waduk Malahayu yang telah menjadi objek wisata sejak lama, dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai tempat menebar ikan sehingga muncul profesi nelayan. Jenis ikan yang banyak ditebar adalah ikan Mujair Nila. Selain itu, ada juga jenis ikan lain yang ditebar di waduk meskipun lebih sedikit yaitu Mas dan Gabus. Ikan lain yang juga terkenal di Desa Malahayu khususnya Dusun Balsiah yang paling dekat dengan waduk adalah ikan Mendo atau Impun (Jawa Barat). Untuk ikan jenis ini, ketersediaannya bukan berasal dari tebaran nelayan melainkan memang secara alami tersedia dari sungai-sungai yang masuk ke waduk.

Nelayan berangkat menangkap ikan

Banyaknya para nelayan di Waduk Malahayu akhirnya memunculkan suatu perkumpulan nelayan yang bernama Nila Jaya. Perkumpulan ini berfungsi khususnya untuk meningkatkan penghasilan anggotanya serta menerapkan penangkapan ikan yang berwawasan lestari. Beberapa peraturan yang dibuat Nila Jaya misalnya ukuran jaring terkecil yang boleh digunakan adalah 4 inchi agar ikan-ikan kecil masih dapat lepas. Penggunaan racun dan setrum juga tidak diperbolehkan karena akan merusak lingkungan. Peraturan lainnya adalah penerapan LOTUS (sekilo seratus) yaitu nelayan wajib membayar seratus rupiah untuk setiap satu kilogram ikan yang ditangkap. Selain itu nelayan dikenai biaya-biaya lain juga dan semua biaya yang telah terkumpul dimanfaatkan kembali untuk penebaran bibit (restocking). Jika seluruh masyarakat mampu menaati semua peraturan maka hampir dapat dipastikan cadangan ikan di waduk akan terus lestari.

Meskipun waduk dinamai dengan nama salah satu desa yang mengapitnya yaitu Malahayu, ternyata jumlah nelayan di Desa Malahayu sendiri relatif sedikit dibandingkan dengan yang berasal dari desa lain seperti Cipajang dan Penanggapan. Belum diketahui sebabnya secara pasti, namun diperkirakan penyebabnya adalah di Desa Malahayu (pada kasus ini Dusun Balsiah) masih kental budaya urbanisasi sehingga hampir semua pria umur produktif memilih merantau ke kota besar seperti Jakarta dan bekerja di proyek-proyek.

Tak jauh dari waduk, terdapat sebuah tempat yang masyarakat sekitar biasa menyebutnya balong. Tempat tersebut bernama Balai Benih Ikan. Balai ini adalah bagian dari Dinas Kelautan dan Perikanan yang bertugas intinya untuk menunjang selalu ketersediaan benih di pasaran. Beberapa komoditas benih ikan yang diproduksi meliputi ikan nila, mas, lele, gurame, dan tawes.

Dengan berbagai usaha pelestarian ikan seperti yang telah dijelaskan, Nila Jaya yang didukung Balai Benih Ikan mampu meraih prestasi yaitu menjadi juara 1 dalam lomba Kelompok Usaha Bersama (KUB) Perikanan Tangkap Berprestasi tingkat Kabupaten Brebes tahun 2007 dan mendapatkan Penghargaan Adibakti Bina Bahari Bidang Perikanan Tangkap tahun 2007. Pada Juli 2011, Nila Jaya dipersiapkan untuk lomba serupa tingkat nasional.