Waduk Malahayu dengan luas ±702 Ha saat dibangun terletak di Desa Malahayu, Kec. Banjarharjo, Kab. Brebes. Letak objek wisata ini sangat strategis mengingat lokasinya yang berada di dekat perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat serta dilalui jalan lintas kabupaten sehingga sangat potensial untuk menarik wisatawan dari daerah-daerah sekitarnya, antara lain: Brebes, Kuningan, Cirebon dan Tegal. Mengingat kondisi alam yang mayoritas masih asri, maka objek wisata ini sangat cocok sebagai salah satu alternatif pelepas penat bagi wisatawan yang hadir. Namun, minimnya sarana penunjang wisata yang terdapat di objek wisata Waduk Malahayu ini membuat suasana terasa sedikit membosankan ketika menginjakkan kaki di tempat ini. Hanya terdapat wisata perahu keliling waduk, becak air di kolam terpisah dan taman bermain mini yang terdapat di Waduk Malahayu ini sebagai pendukung wisata. Aktifitas andalan lain yang dapat dilakukan wisatawan mungkin adalah menyantap nila bakar khas Malahayu di pinggir waduk sambil menikmati pemandangan waduk dan tiupan angin semilir. Banyak juga pengunjung yang sengaja datang hanya untuk memancing ikan.
Pemandangan di dinding Waduk Malahayu |
Pemandangan alam yang terdapat di Waduk Malahayu berupa perbukitan-perbukitan di sekeliling waduk dan pulau-pulau di tengah waduk serta nampak pula Gunung Lio yang zaman dahulu dikenal sebagai medan pertempuran gerilya Jend. Soedirman. Pulau-pulau di tengah waduk ini dikenal sebagai Pulau Ko-ok, Pulau Ketukul, Pulau Maud dan Pulau Sahidi. Mayoritas pemanfaatan pulau tersebut sebagai lahan pertanian warga dan sebagai hutan jati. Khusus Pulau Ko-ok digunakan oleh Dinas PSDA guna memantau keadaan di sekitar waduk baik tingkat kelembaban udara, kecepatan angin, suhu air di waduk, hingga posisi matahari.
Pulau Ketukul yang berada di tengah Waduk Malahayu memiliki luas 1 Ha, selama ini dimanfaatkan sebagian sebagai hutan jati oleh Perhutani, sebagian ditanami mangga dan sebagian kecil ditumbuhi Pohon Randu liar yang dimanfaatkan masyarakat untuk diambil hasil dari pohon tersebut. Di pulau Ketukul juga terdapat lahan-lahan yang dijadikan sebagai area pertanian oleh masyarakat sekitar. Adapun Pulau Sahidi saat ini hanya dimanfaatkan sebagai lahan pertanian bagi warga sekitar. Luas Pulau Sahidi kurang lebih 3 Ha. Pulau ini memiliki tanah bertipe regosol, sehingga cocok untuk ditanami pohon yang tidak memerlukan banyak air, sebagai contoh pohon jambu air.
Kurang berkembangya wisata Waduk Malahayu disebabkan oleh beberapa hal seperti manajemen dinas pengurus, dukungan kebijakan dan finansial dari pemerintah, maupun perhatian dari masyarakat sekitar. Banyak kekurangan di dalam tubuh dinas pengurus waduk yang belum dapat mempromosikan dan memajukan wisata lebih baik sehingga perlu untuk segera dilakukan peninjauan ulang semua sistemnya. Beberapa investor masih belum bisa menembus pemerintah untuk bekerja sama membangun wisata waduk entah karena nilai investasi yang belum sesuai atau hal-hal lain. Masyarakat sekitar pun merasa acuh karena mereka memang tidak mendapatkan bagian dari pendapatan retribusi waduk dan semacamnya.